Rabu, 04 Juli 2012

Partograf

A.   Definisi Partograf
Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada perjalanan persalinan (Farrer, 2001). Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin, menemukan adanya persalinan abnormal, yang menjadi petunjuk untuk melakukan tindakan bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul jauh sebelum persalinan menjadi macet (Sumapraja, 1993).
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan (PUSDIKNAKES-WHO, 2003).
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif) yang digunakan pada setiap ibu bersalin tanpa memandang apakah persalinan itu normal atau komplikasi (Saifuddin, 2002).
Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan.
Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan waktu (horisontal).
B.   Tujuan Partograf
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1.         Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2.         Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).
3.      Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru 1ahir.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk:
1.      Mencatat kemajuan persalinan.
2.      Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3.      Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
4.      Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
5.      Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
Dengan menggunakan partograf, semua hasil pemeriksaan berkala dicatat pada bentuk grafik. Partogaf membantu bidan atau perawat memonitor proses persalinan dan kelahiran serta mendeteksi dengan cepat komplikasi-komplikasi agar petugas kesehatan dengan cepat dapat membuat intervensi yang perlu serta memastikan kesejahteraan ibu dan bayi (PUSDIKNAKES-WHO, 2003).
Bahaya / komplikasi persalinan sulit / abnormal
1.      Kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya
2.      Rupture uteri
3.      Infeksi / sepsis puerperal
4.      Perdarahan postpartum
5.      Fistel
C.   Penggunaan Patograf
1.      Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
2.      Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
3.      Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
4.      Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
Partograf mulai diisi bila :
1.      Ibu yang masuk dalam persalinan :
a)      fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10’, lamanya<20″.
b)      fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10’, lamanya<20″.
2.      Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :
a)      bila infus oksitosin dimulai
b)      bila persalinan dimulai
3.         Masuk untuk induksi persalinan :
a)      pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin
b)      induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian prostaglandin)
c)      bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.
Partograf tidak dibuat pada kasus-kasus :
·         Partus prematurus
·         Pada saat MRS pembukaan > 9 cm
·         Akan dilakukan seksio sesar elektif
·         Pada saat MRS akan dilakukan seksio sesar darurat
·         Bekas seksio sesar 2 kali
·         Bekas seksio sesar klasik
·         Kasus preeklampsia dan eklampsia
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
  1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam
  2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam
  3. Nadi: setiap 1/2 jam
  4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
  5. Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam
  6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
  7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.
Nilai suatu partograf meliputi :
a.       Pencatatan yang jelas
b.      Urutan waktu yang jelas
c.       Diagnosis suatu kemajuan persalinan yang abnormal
d.      Memudahkan saat penggantian staf atau gilliran dinas
e.       Untuk pendidikan
f.       Untuk penelitian
D.   Partograf WHO
Sesuai standarisasi WHO (World Health Organization), untuk digunakan di pelosok-pelosok negara berkembang atau miskin, supaya mudah digunakan oleh pelayan kesehatan di sarana terbatas. Jika dinilai ada masalah yang memerlukan intervensi, dapat segera diusahakan untuk dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih baik.
Dengan partograf WHO dapat dinilai kapan diperlukan tindakan untuk menyelesaikan proses persalinan dengan :
1)      Perlu atau tidaknya dirujuk,
2)      perlu atau tidaknya induksi infus oksitosin, dan
3)      perlu atau tidaknya operasi sectio cesarea.
Penelitian partograf WHO dilakukan multisentral di Indonesia (4 rumahsakit), Thailand (2 rumahsakit) dan Malaysia (2 rumahsakit) selama 15 bulan (Januari 1990 – Maret 1991), menghasilkan modul / form partograf yang sekarang banyak dipakai di mana-mana.
Garis Waspada / Tindakan
1.      daerah sebelah kiri garis waspada merupakan garis observasi
2.      daerah di antara garis waspada dan garis tindakan merupakan daerah perlu pertimbangan untuk merujuk atau mengambil tindakan
3.      daerah di sebelah kanan garis tindakan adalah daerah harus segera bertindak.
E.   Bagian-bagian Partograf dan Cara Pencatatan Partograf
1.      Identitas
Identitas meliputi :
·         Nama, umur
·         Gravida, Para, Abortus
·         Nomor register, nomor catatan medikl/nomor puskesmas;
·         Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
·         Waktu pecah ketuban janin
2.      Kondisi Janin
1)      Denyut jantung janin
Normal antara 120-160 kali per menit. Denyut jantung janin dihitung dan dicatat setiap 30 menit lalu menghubungkan setiap titik (jumlah denyut jantung janin dihubungkan).
Pencatatan pada partograf :
a)      Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda  gawat janin).
b)      Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ.
c)      Catat DJJ dengan member tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.
d)     Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung.
e)      Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160.
f)       Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
2)      Air ketuban
Air ketuban bisa :
·         Utuh (U)
·         Jernih (J)
·         Campur mekonium (M)
·         Kering (K)
Pencatatan pada Partograf
a)      Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
b)      Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ.
c)      Gunakan lambang-lambang berikut ini:
·         U       : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
·         J         : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih
·         M       : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
·         D       : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
·         K       :selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ("kering")
d)     Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan.
e)       Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180
kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk
f)       Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat daruratan obstetri dan bayi baru lahir
3)      Molase atau penyusupan
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi kepala-panggul (CPD).
Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.
penyisipan tulang tengkorak janin ditandai dengan :
·         0 : Tulang tengkorak terpisah dan sutura dapat teraba dengan mudah
·         + : Tulang tengkorak saling berdekatan
·         ++ : Tulang tengkorak tumpang tindih
·         +++ : Tulang tengkorak tumpang tindih dengan nyata.
Posisi kepala ditandai dengan memperhatikan letak dari ubun-ubun kecil.




Pencatatan pada partograf :
Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang:
·         0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
·         1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
·         2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
·         3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
1.      Kemajuan Persalinan
1)      Servikograf
Friedman membagi persalinan dalam 2 fase, yaitu :
a.       Fase I (fase laten) Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai
dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm.
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.
b.      Fase II (fase aktif) Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm
sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk rumah sakit,
dilanjutkan setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah
berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara.
Pembukaan mulut rahim dicatat dengan tanda “X”. Bila pasien masuk rumah sakit dalam fase aktif, tanda “X” diletakkan pada garis waspada sedangkan waktu masuknya pasien ditulis dibawah tanda “X”. Apabila pembukaan mulut rahim ketika pasien masuk rumah sakit dalam fase laten kemudian masuk kedalam fase
aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda “X” dipindahkan ke
garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus
sampai pada garis waspada dan diberi tanda “Tr”.
Untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak turun ke dalam rongga
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :
1)      H I : Sama dengan pintu atas panggul
2)      H II : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simfisis pubis
3)      H III : Sejajar dengan H I melalui spina iskiadika
4)      H IV : Sejajar dengan H I melalui ujung tulang koksigeus.
Porsio dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak, tebal, mendatar
atau melepasnya porsio.

 

Pencatatan pada Partograf
a)      Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besamya dilatasi serviks.
b)      Nilai setiap angka sesuai dengan besamya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.
c)      Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm.
d)     Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
Pembukaan serviks
a)      nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).
b)       Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan.
c)      Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besamya pembukaan serviks.
d)     Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besamya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
e)      Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada.
f)       Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
g)      Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus)
 
2)      Penurunan bagian terbawah janin
Pencatatan pada partograf
a)      Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tandatanda penyulit).
b)      Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
c)      Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.
d)     Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks.
e)      Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda "0" di garis angka 4.
f)       Hubungkan tanda '0' dari setiap pemeriksaan dengan
garis tidak terputus.
 
3)      Garis waspada dan garis bertindak
Pencatatan pada partograf
a)      Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam.
b)      Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll)
c)      Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, rnisalnya : persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri.
d)     Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu
diakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
1.      Jam dan Waktu
1)      Waktu mulainya fase aktif persalinan
Pencatatan pada Partograf :
a)      Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12.
b)      Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
2)      Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
Pencatatan pada partograf
a)      Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
b)      Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah.
c)      Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
d)     Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawah
lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).
2.      Kontraksi uterus
·         Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
·         Lama kontraksi (dalam detik) .
·         Obat-obatan dan cairan yang diberikan: Oksitosin, Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
Pencatatan pada partograf
1.      Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri.
2.      Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba
dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
3.      Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerrninkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi .
4.      Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali
10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi
5.      Kontraksi uterus dihitung per 10 menit, terbagi atas :
·         Kurang 20 detik : Beri titik-titik di kotak yang sesuai
·         20-40 detik : Dengan arsiran
·         Lebih 40 detik : Dihitamkan
6.      Obat obatan yang diberikan
1)      Oksitosin
Hal yang diperhatikan :
·         Jumlah unit per 500 cc
·         Jumlah tetesan per menit
Pencatatan pada Partograf
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
2)      Obat-obatan dan cairan intravena
Pencatatan pada Partograf
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7.      Kondisi Ibu
1)      Nadi dan tekanan darah ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
Nadi diukur setiap 30 menit; tekanan darah diukur setiap jam atau lebih
sering bila ada indikasi (edema, hipertensi).
Pencatatan pada Partograf
a)      Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
b)      Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jikadiduga adanya penyulit).
c)      Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.
d)     Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
2)      Temperatur
Pencatatan pada Partograf
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan