Rabu, 04 Juli 2012

Manajemen Logistik Keperawatan

LATAR BELAKANG
Keberhasilan organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan factor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode dan Material. Pengelolaan yang seimbang dan baik dari kelima factor tersebut akan memberikan kepauasan kepada kostumer baik kostumer internal maupun eksternal. Rumah sakit yang telah terakreditasi seharusnya telah memiliki pengelolaan yang baik dan terstandar termasuk lima factor tersebut.
Keberhasilan pengelolaan logistik rumah sakit tergantung pada kompetensi dari manajer logistik rumah sakit. Manajer berfungsi untuk mengelola logistik melalui fungsi antara lain mengidentifikasi, merencanakan pengadaan, pendistribusian alat hingga mengembangkan sistem pengelolaan logistik yang efektif dan efisien. Pengadaan alat yang tepat dan berfungsi dengan baik akan memperlancar kegiatan pelayanan pasien sehingga berdampak bagi peningkatan mutu pelayanan secara umum.
Manajer logistik juga harus mampu mengantisipasi kejadian darurat, membuat skala prioritas serta melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan umum rumah sakit. Manajemen logistik juga harus mencapai efisiensi dan efektifitas. Manajer logistik memiliki kemampuan untuk mencegah atau meminimalkan pemborosan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan alat tersebut yang akan memiliki dampak kepada pengeluaran ataupun biaya operasional rumah sakit.Menurut pemanfaatannya, bahan atau alat yang harus disediakan rumah sakit dikelompokkan menjadi persediaan farmasi (antara lain: obat, bahan kimia, gas medik, peralatan kesehatan), persediaan makanan, persediaan logistik umum dan teknik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    PENGERTIAN UMUM
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/ alat-alat.
Logistik adalah bagian dari instansi yang tugasnya adalah menyediakan bahan/ barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional instansi tersebut dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin. Dalam hal ini perlu dihindari terjadinya over promised interdelivered.
Kegiatan logistik secara umum mempunyai tiga tujuan, yaitu:
è Tujuan operasional adalah agar tersedia barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.
è Tujuan keuangan meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya.
è Tujuan pengamanan bermaksud agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang tidak wajar lainnya, serta nilai persediaan yang sesungguhnya dapat tercermin didalam system akuntansi.
Ada 5 komponen yang bergabung untuk membentuk system logistik, yaitu: (1) struktur lokasi fasilitas; (2) transportasi; (3) persediaan (inventory); (4) komunikasi; (5) penanganan (handling) dan penyimpanan (storage).
Tujuan logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi dimana logistiklah material mengalir  ke kompleks manufacturing yang sangat luas dari Negara industri, dan produk-produk didistribusikan melalui saluran-saluran distribusi untuk konsumsi.
Ciri-ciri utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap pemindahan  dan penyimpanan yang strategis.
Seluruh rangkaian kegiatan ini harus dapat dipantau oleh pimpinan sehingga dapat selalu dijaga dan diarahkan agar selalu berjalan lancer, tidak boros, tepat guna adan berhasil guna yang sebaik-baiknya. Penyimpangan yang mungkin akan terjadi dapat segera diketahui dan dicegah sebelum berkembang terlalu jauh sehingga merugikan. Selanjutnya, upaya penyempurnaan dapat pula senantiasa dilaksanakan sedini mungkin apabila penngawasan dan evaluasi dapat dilaksanakan dengan mudah dan semua informasi yang diperlukan tersedia. 
B.     MANAJEMEN LOGISTIK KEPERAWATAN
è Pengertian
Kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk mencapai daya guna (efisiensi) yang optimal di dalam memanfaatkan barang dan jasa. Logistik modern dapat didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang-jadi dari para suplaier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para langganan. Ciri-ciri utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap pemindahan (movement) dan penyimpanan (storage) yang strategis.
Siagian: 1992, menyatakan manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain, sedangkan logistik adalah bahan untuk kegiatan operasional yang sifatnya habis pakai. Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. (Subagya: 1994), sehingga manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif. Dalam sistem administrasi manajemen logistik Subagya menyatakan sebagai berikut:
Unsur manajemen: Man                      Money              Material       Machine        Method
Fungsi Logistik:          Fungsi perencanaan   Fungsi penganggaran      Fungsi pengadaan                     Fungsi penyimpanan               Fungsi penyaluran                      Fungsi  penghapusan            Fungsi pengendalian
Fungsi manajemen: Planning                        Organizing                        Actuating                      Controlling                
 

Pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur-unsur manajemen diproses melalui fungsi-fungsi manajemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk dapat terselenggaranya fungsi-fungsi logistic.
C.    FUNGSI MANAJEMEN LOGISTIK
Manajemen logistik adalah unik karena ia merupakan salah satu aktivitas perusahaan yang tertua tetapi juga termuda. Aktivitas logistik (lokasi fasilitas, transportasi, inventarisasi, komunikasi, pengurusan dan penyimpanan) telah dilaksanakan orang semenjak awal spesialisasi komersial.
Perencanaan
Fungsi logistik dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan logistik sebagai berikut (Mustiksari: 2007):
Penganggaran
Pengendalian (Control)
Pengadaan
Penghapusan
Penyimpanan
Pendistribusian
 

Masing-masing fungsi logistik tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Untuk itu kita bahas satu persatu fungsi logistik tersebut.
Fungsi-fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari:
1.      Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan. Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing- masing organisasi( Mustikasari: 2007). Subagya menyatakan perencanaan adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan, pengetahuan, pengalaman dan keadaan atau lingkungan yang merupakan cara terencana dalam memuat keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-devisi yang terjadi.
Pimpinan/Staf
Suatu rencana harus di dukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan sulit mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar dalam pelaksanaannya. Di bawah ini akan dilukiskan bagan kerjasama antara pimpinan, perencana, pelaksana dan pengawas (Subagya: 1994).
                  Pengkajian
Persiapan               Pelaksana
Sasaran
Pengawas
 

Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan pencapaian tujuan ( Sasaran ) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara pimpinan / staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing kegiatan yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk mencapai sasaran) organisasi.
Perencanaan dapat dibagi ke dalam periode-periode sebagai berikut:
·         Rencana jangka panjang (Long range)
·         Rencana jangka menengah (Mid range)
·         Rencana jangka pendek (Short range)
Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha penentuan skala perioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak lanjut yang terperinci. Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini akan menghasilkan antara lain:
*      Rencana Pembelian
*      Rencana Rehabilitasi
*      Rencana Dislokasi
*      Rencana Sewa
*      Rencana Pembuatan.
Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan menyimpulkan pernyataan  sebagai berikut:
Ø  Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat?
Ø  Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah yang tepat?
Ø  Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat?
Ø  Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat?
Ø  Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan orang atau unit yang tepat?
Ø  Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat?
Ø  Mengapa di butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di ambil benar-benar tepat?
Fungsi perencanaan mencakup aktifitas dalam menetapkan sasaran, pedoman, dan pengukuran penyelenggaraan bidang logistik. Penentuan kebutuhan merupakan perincian (detailering) dari fungsi perencanaan, bilamana perlu semua faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan.
2.      Fungsi penganggaran, merupakan usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar, yakni skala mata uang serta jumlah biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku terhadapnya.
3.      Fungsi pengadaan, merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan, penentuan kepada instansi-instansi pelaksana.
4.      Fungsi penyimpanan dan penyaluran, merupan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran perlengkapan yang telah diadakan melalui fungsi-fungsi terdahulu untuk kemudian disalurkan kepada instansi-instansi pelaksana.
5.      Fungsi pemeliharaan adalah usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna, dan daya hasil barang inventaris.
6.      Fungsi penghapusan, yaitu berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban yang berlaku. Dengan perkataan lain, fungsi penghapusan adalah usaha untuk menghapus kekayaan (assets) karena kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi, dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang, susut dan karena hal-hal lain menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7.      Fungsi pengendalian, merupakan fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi usaha untuk mengawasi dan mengamankan keseluruhan pengelola logistik. Dalam fungsi ini diantaranya terdapat kegiatan pengendalian inventarisasi (inventory control) dan expediting yang merupakan unsur-unsur utamanya.
è Pengendalian Logistik Non Medis
Logistik non medis di rumah sakit biasanya merupakan barang kecil dan disebut dengan barang keperluan rumah tangga dari rumah sakit. Jenis-jenisnya antara lain :
1)      Alat tulis kantor
2)      Alat kebersihan
Pembicaraan logistik non medispenting karena hal berikut.
1.      Walaupun terdiri dari barang kecil-kecil, sering murah harganya, tetapi dapat mengangkat nama baik RS, seperti WC tak ada lisol jadi bau.
2.      Terdiri dari berbagai jenis barang yang kecil-kecil yang mudah hilang.
3.      Walaupun terdiri dari barang yang kecil, bila dijumlahkan akan bernilai rupiah yang besar, apalagi dalam jangka waktu yang lama.
Kepentingan tadi biasanya baru akan terasa bila telah terjadi kasus, dan nantinya akan ada saling menyalahkan diantara yang terlibat, untuk menghindari hal ini ada baiknya diatur pengendalian yang sederhana tetapi tepat, sederhana dalam artian tidak rumit birokratis, tetapi cukup mudah diikuti, tepat dalam arti bisa menjamin terjadinya efisiensi.
Mengenal logistic lebih rinci, perlu agar jelas apa yang perlu dikendalikan, kemudian cara permintaan dan pemberian logistik atau prosedur pelaksanaan menjadi jelas. Selanjutnya perlu jelas bagaimana pencatatan pemakaian logistik dan intinya adalah bagaimana pengendalian bisa ditetapkan.
Tentunya pengolahan dengan komputerisasi seperti sistem komputer akuntansi Inventorikan dapat mengendalikan stock secara lebih cepat, tepat dan lengkap. Tetapi dengan manual yang sederhana dapat pula dilakukan.
è Jenis Logistik Non Medis di RS
Secara umum logistik non medis terdiri dari :
1)      Alat tulis kantor
2)      Alat kebersihan
Akan dijelaskan pada table 18 hal-hal yang berhubungan dengan alat tulis kantor, alat kebersihan.
Tabel 18 : Jenis Logistik Non Medis di RS
NO
JENIS
URAIAN
1
2
Alat tulis kantor
Alat kebersihan
Barang-barang yang berhubungan dengan kebutuhan tulis menulis
Seperti : 1. Bolpoint
2. Buku kwarto
3. Kertas
4. Penggaris
Biasanya status tidak dikelompokkan pada jenis ini.
Barang-barang yang berhubungan dengan kebutuhan kebersihan baik alat atau bahan.
Contoh : 1. Kain pel
2. Sabun
3. Lisol
4. Tempat sampah

MEKANISME KOPING

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999).

Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

Penggolongan Mekanisme Koping

Berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :

1. Mekanisme koping adaptif

adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.

2. Mekanisme koping maladaptif

Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.

Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut :

1. Kompensasi
Proses seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan tegas menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang dimiliki.

2. Penyangkalan (denial)
Menyatakan tidak setuju terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud melindungi diri.


3. Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
Misalnya :
Seorang pemuda bertengkar dengan pacarnya dan sepulangnya ke rumah marah pada adiknya.
4. Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu.
Misalnya :
Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut (ia lupa sama sekali)

5. Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.

6. Intelektualisasi (intelectualization)
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya. Dengan intelektualisasi, manusia dapat mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan, dan memberikan kesempatan untuk meninjau permasalah secara obyektif.

7. Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani.
Contoh : Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.

8. Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.

9. Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri.
Contoh : Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya

10. Rasionalisasi
Rasionalisasi dimaksudkan sebagai usaha individu mencari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk.

11. Reaksi formasi
Individu mengadakan pembentukan reaksi ketika berusaha menyembunyikan motif dan perasaan sebenarnya, dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan. Dengan cara ini individu dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan menghadapi ciri pribadi yang tidak menyenangkan.
Misalnya: Kebencian dibuat samar dengan menampilkan sikap penuh kasih sayang

12. Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas individu yang berusia lebih muda
Misalnya :  anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol padahal sudah lama tidak dilakukannya.
 
13. Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku.
Misalnya : individu lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan

14. Pemisahan (splitting)
Sikap mengelompokkan orang  atau keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.

15.Sublimasi
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah bentuknya agar  tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan pemuasan
Misalnya :
Impuls agresif disalurkan ke olah raga, usaha-usaha yang bermanfaat

16. Supresi
Supresi merupakan proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls dan dorongan yang ada tetap terjaga.
Misalnya : Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas.

17. Undoing
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu kesalahan.
Misalnya :
Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera memperlakukannya penuh dengan kasih sayang

18. Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan cemas, sehingga individu tersebut merasa tidak sanggup menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti sementara atau selamanya. Individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan.
Misalnya :  Individu sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri

19. Menarik Diri
Reaksi ini merupakan respon umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan. Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.

20. Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung mencoba mengelak. Bisa secara fisik mengelak atau menggunakan metode yang tidak langsung.

21.  Fantasi
Dengan berfantasi pada yang mungkin menimpa dirinya, individu merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa yang tidak menyenangkan,  menimbulkan kecemasan dan mengakibatkan frustrasi. Individu yang sering melamun kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya lebih menarik dari pada kenyataan sesungguhnya. Bila fantasi ini dilakukan proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi menjadi cara sehat untuk mengatasi stress

22. Simbolisasi
Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti keadaan atau hal yang sebenarnya
Misalnya :
Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan kecemasannya.
23. Konversi
Adalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-gejala jasmani.
Misalnya :
Mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya tiba-tiba sakit sehingga tidak masuk kuliah

Partograf

A.   Definisi Partograf
Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada perjalanan persalinan (Farrer, 2001). Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin, menemukan adanya persalinan abnormal, yang menjadi petunjuk untuk melakukan tindakan bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul jauh sebelum persalinan menjadi macet (Sumapraja, 1993).
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan (PUSDIKNAKES-WHO, 2003).
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif) yang digunakan pada setiap ibu bersalin tanpa memandang apakah persalinan itu normal atau komplikasi (Saifuddin, 2002).
Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan.
Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan waktu (horisontal).
B.   Tujuan Partograf
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1.         Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2.         Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).
3.      Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru 1ahir.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk:
1.      Mencatat kemajuan persalinan.
2.      Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3.      Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
4.      Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
5.      Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
Dengan menggunakan partograf, semua hasil pemeriksaan berkala dicatat pada bentuk grafik. Partogaf membantu bidan atau perawat memonitor proses persalinan dan kelahiran serta mendeteksi dengan cepat komplikasi-komplikasi agar petugas kesehatan dengan cepat dapat membuat intervensi yang perlu serta memastikan kesejahteraan ibu dan bayi (PUSDIKNAKES-WHO, 2003).
Bahaya / komplikasi persalinan sulit / abnormal
1.      Kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya
2.      Rupture uteri
3.      Infeksi / sepsis puerperal
4.      Perdarahan postpartum
5.      Fistel
C.   Penggunaan Patograf
1.      Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
2.      Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
3.      Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
4.      Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
Partograf mulai diisi bila :
1.      Ibu yang masuk dalam persalinan :
a)      fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10’, lamanya<20″.
b)      fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10’, lamanya<20″.
2.      Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :
a)      bila infus oksitosin dimulai
b)      bila persalinan dimulai
3.         Masuk untuk induksi persalinan :
a)      pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin
b)      induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian prostaglandin)
c)      bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.
Partograf tidak dibuat pada kasus-kasus :
·         Partus prematurus
·         Pada saat MRS pembukaan > 9 cm
·         Akan dilakukan seksio sesar elektif
·         Pada saat MRS akan dilakukan seksio sesar darurat
·         Bekas seksio sesar 2 kali
·         Bekas seksio sesar klasik
·         Kasus preeklampsia dan eklampsia
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
  1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam
  2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam
  3. Nadi: setiap 1/2 jam
  4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
  5. Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam
  6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
  7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.
Nilai suatu partograf meliputi :
a.       Pencatatan yang jelas
b.      Urutan waktu yang jelas
c.       Diagnosis suatu kemajuan persalinan yang abnormal
d.      Memudahkan saat penggantian staf atau gilliran dinas
e.       Untuk pendidikan
f.       Untuk penelitian
D.   Partograf WHO
Sesuai standarisasi WHO (World Health Organization), untuk digunakan di pelosok-pelosok negara berkembang atau miskin, supaya mudah digunakan oleh pelayan kesehatan di sarana terbatas. Jika dinilai ada masalah yang memerlukan intervensi, dapat segera diusahakan untuk dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih baik.
Dengan partograf WHO dapat dinilai kapan diperlukan tindakan untuk menyelesaikan proses persalinan dengan :
1)      Perlu atau tidaknya dirujuk,
2)      perlu atau tidaknya induksi infus oksitosin, dan
3)      perlu atau tidaknya operasi sectio cesarea.
Penelitian partograf WHO dilakukan multisentral di Indonesia (4 rumahsakit), Thailand (2 rumahsakit) dan Malaysia (2 rumahsakit) selama 15 bulan (Januari 1990 – Maret 1991), menghasilkan modul / form partograf yang sekarang banyak dipakai di mana-mana.
Garis Waspada / Tindakan
1.      daerah sebelah kiri garis waspada merupakan garis observasi
2.      daerah di antara garis waspada dan garis tindakan merupakan daerah perlu pertimbangan untuk merujuk atau mengambil tindakan
3.      daerah di sebelah kanan garis tindakan adalah daerah harus segera bertindak.
E.   Bagian-bagian Partograf dan Cara Pencatatan Partograf
1.      Identitas
Identitas meliputi :
·         Nama, umur
·         Gravida, Para, Abortus
·         Nomor register, nomor catatan medikl/nomor puskesmas;
·         Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
·         Waktu pecah ketuban janin
2.      Kondisi Janin
1)      Denyut jantung janin
Normal antara 120-160 kali per menit. Denyut jantung janin dihitung dan dicatat setiap 30 menit lalu menghubungkan setiap titik (jumlah denyut jantung janin dihubungkan).
Pencatatan pada partograf :
a)      Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda  gawat janin).
b)      Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ.
c)      Catat DJJ dengan member tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.
d)     Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung.
e)      Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160.
f)       Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
2)      Air ketuban
Air ketuban bisa :
·         Utuh (U)
·         Jernih (J)
·         Campur mekonium (M)
·         Kering (K)
Pencatatan pada Partograf
a)      Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
b)      Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ.
c)      Gunakan lambang-lambang berikut ini:
·         U       : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
·         J         : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih
·         M       : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
·         D       : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
·         K       :selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ("kering")
d)     Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan.
e)       Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180
kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk
f)       Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat daruratan obstetri dan bayi baru lahir
3)      Molase atau penyusupan
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi kepala-panggul (CPD).
Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.
penyisipan tulang tengkorak janin ditandai dengan :
·         0 : Tulang tengkorak terpisah dan sutura dapat teraba dengan mudah
·         + : Tulang tengkorak saling berdekatan
·         ++ : Tulang tengkorak tumpang tindih
·         +++ : Tulang tengkorak tumpang tindih dengan nyata.
Posisi kepala ditandai dengan memperhatikan letak dari ubun-ubun kecil.




Pencatatan pada partograf :
Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang:
·         0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
·         1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
·         2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
·         3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
1.      Kemajuan Persalinan
1)      Servikograf
Friedman membagi persalinan dalam 2 fase, yaitu :
a.       Fase I (fase laten) Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai
dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm.
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.
b.      Fase II (fase aktif) Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm
sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk rumah sakit,
dilanjutkan setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah
berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara.
Pembukaan mulut rahim dicatat dengan tanda “X”. Bila pasien masuk rumah sakit dalam fase aktif, tanda “X” diletakkan pada garis waspada sedangkan waktu masuknya pasien ditulis dibawah tanda “X”. Apabila pembukaan mulut rahim ketika pasien masuk rumah sakit dalam fase laten kemudian masuk kedalam fase
aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda “X” dipindahkan ke
garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus
sampai pada garis waspada dan diberi tanda “Tr”.
Untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak turun ke dalam rongga
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :
1)      H I : Sama dengan pintu atas panggul
2)      H II : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simfisis pubis
3)      H III : Sejajar dengan H I melalui spina iskiadika
4)      H IV : Sejajar dengan H I melalui ujung tulang koksigeus.
Porsio dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak, tebal, mendatar
atau melepasnya porsio.

 

Pencatatan pada Partograf
a)      Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besamya dilatasi serviks.
b)      Nilai setiap angka sesuai dengan besamya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.
c)      Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm.
d)     Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
Pembukaan serviks
a)      nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).
b)       Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan.
c)      Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besamya pembukaan serviks.
d)     Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besamya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
e)      Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada.
f)       Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
g)      Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus)
 
2)      Penurunan bagian terbawah janin
Pencatatan pada partograf
a)      Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tandatanda penyulit).
b)      Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
c)      Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.
d)     Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks.
e)      Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda "0" di garis angka 4.
f)       Hubungkan tanda '0' dari setiap pemeriksaan dengan
garis tidak terputus.
 
3)      Garis waspada dan garis bertindak
Pencatatan pada partograf
a)      Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam.
b)      Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll)
c)      Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, rnisalnya : persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri.
d)     Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu
diakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
1.      Jam dan Waktu
1)      Waktu mulainya fase aktif persalinan
Pencatatan pada Partograf :
a)      Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12.
b)      Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
2)      Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
Pencatatan pada partograf
a)      Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
b)      Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah.
c)      Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
d)     Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawah
lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).
2.      Kontraksi uterus
·         Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
·         Lama kontraksi (dalam detik) .
·         Obat-obatan dan cairan yang diberikan: Oksitosin, Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
Pencatatan pada partograf
1.      Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri.
2.      Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba
dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
3.      Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerrninkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi .
4.      Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali
10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi
5.      Kontraksi uterus dihitung per 10 menit, terbagi atas :
·         Kurang 20 detik : Beri titik-titik di kotak yang sesuai
·         20-40 detik : Dengan arsiran
·         Lebih 40 detik : Dihitamkan
6.      Obat obatan yang diberikan
1)      Oksitosin
Hal yang diperhatikan :
·         Jumlah unit per 500 cc
·         Jumlah tetesan per menit
Pencatatan pada Partograf
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
2)      Obat-obatan dan cairan intravena
Pencatatan pada Partograf
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7.      Kondisi Ibu
1)      Nadi dan tekanan darah ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
Nadi diukur setiap 30 menit; tekanan darah diukur setiap jam atau lebih
sering bila ada indikasi (edema, hipertensi).
Pencatatan pada Partograf
a)      Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
b)      Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jikadiduga adanya penyulit).
c)      Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.
d)     Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
2)      Temperatur
Pencatatan pada Partograf
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan